Pages

Thursday, April 14, 2011

Mengapa Memilih Sekolah Dengan Sistem Full Day?

Diah Utami L., S.Sn.*)

Menyambung tulisan buah pena Yoice Pauline P., S.Psi.,CTEI sebelumnya di situs ini, Memilih Sekolah Untuk Anak, yang disarikan dari makalah seminar berjudul : Memilih Sekolah Ideal Si Buah Hati, saya tergerak untuk mengembangkan tulisan tersebut dengan menyoroti satu sisi tertentu, yaitu kecenderungan untuk memilih sekolah dengan sistem full day sebagai salah satu alternatif positif untuk pendidikan anak.

Belakangan ini, sekolah-sekolah dengan sistem full day school semakin banyak didirikan. Konon, karena tuntutan orang tua zaman sekarang yang menghendaki demikian. Semakin diminatilah sekolah serupa ini.

Sebagai seorang guru yang juga mengajar di sekolah semacam ini, saya mencoba sedikit menganalisa, apa sih kebaikan dari sekolah dengan sistem seperti ini? Secara umum, yang tentu saja masih perlu penelitian lebih jauh, beberapa data dan fakta saya temukan dalam perjalanan selama lebih dari 12 tahun malang melintang sebagai pengajar di sekolah dengan sistem full day ini.

Pertimbangan ini bisa ditujukan untuk Anda sebagai orang tua murid yang berencana untuk menyekolahkan putra-putrinya, atau bagi Anda yang berminat untuk membaktikan diri sebagai tenaga pendidik di sekolah seperti ini, khususnya sekolah Islam full day.

Jam kerja orang tua, pasangan suami-istri yang ketat dengan beban pekerjaan kantor mereka masing-masing, membuat mereka merasa harus menitipkan pendidikan anak-anak mereka pada sebuah lembaga terpercaya. Full day school menjadi pilihan dalam mengakomodir kondisi tersebut. Anak pulang di sore hari, tak lama sebelum kedatangan orang tuanya. Masih cukup waktu untuk membersihkan diri, dan bersiap menyambut ayah dan/atau ibu dari kantor.

Dalam struktur keluarga masa kini, keberadaan pembantu Rumah Tangga seperti menjadi sebuah keharusan. Tugas mereka bukan hanya sekedar memasak dan membersihkan rumah, mencuci dan menyeterika, tapi berkembang hingga merapikan peralatan sekolah anak dan membimbingnya belajar. Tapi akankah pembelajaran bersamanya akan optimal? Dengan latar belakang pendidikan maksimal SMA sekalipun, akankah PRT punya otoritas/kapabilitas untuk membimbing anak belajar dan beribadah? Ataukah tak berdaya pada kekuasaan dan keinginan si anak, dan membiarkannya menonton TV, bermain game komputer, atau mengakses internet ke dunia maya?

Saat kegiatan anak terpusat di sekolah, mulai pukul 7.30 hingga pukul 4 sore, semua aktivitas sarat dengan nilai pendidikan.
Mulai dari ikrar pagi, guru sudah memandu siswa untuk fokus pada satu kegiatan saja. Dilanjut dengan doa pagi untuk memulai kegiatan pada hari itu, menggugah kesadaran siswa untuk selalu memulai segala aktivitas dengan memohon izin Allah. Semoga berkah.
Pembelajaran tentu saja disisipi dengan muatan moral aplikatif, semisal belajar menghargai pendapat orang lain, menyimak dengan baik, meminta izin untuk meminjam alat tulis teman, hingga meminta izin untuk minum di tengah-tengah waktu belajar.

Istirahat pagi digunakan untuk makan camilan sehat, diiringi kemauan untuk berbagi kepada teman. Pada kesempatan ini pun guru dapat mengenalkan berbagai jenis makanan ringan sesuai dengan apa yang dimakan anak, mengingatkan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, hingga membersihkan remah-remah ataupun bungkus makanan kecil yang mereka bawa. Siswa belajar bertanggung jawab.
Sedangkan istirahat siang digunakan untuk rehat sejenak dari aktivitas rutin, untuk shalat dan makan siang. Guru memimpin doa, atau bahkan murid yang bergiliran memimpin doa dan menjadi imam. Sebuah pembelajaran mengenai sistem nilai ibadah yang sangat baik bersama aplikasinya sekaligus.

Kegiatan makan siang pun perlu dimanfaatkan untuk mengingatkan siswa agar mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan, berupa ketersediaan makanan yang beragam dalam menu makan siang yang tinggal mereka makan. Siswa belajar bertanggungjawab untuk menghabiskan makanan di piring mereka dan mengembalikan wadah makanan yang telah kosong ke dapur.
Menjelang pulang, aktivitas sekolah ditutup dengan shalat asar. Guru mengingatkan siswa untuk juga melaksanakan shalat di rumah (maghrib, isya dan subuh keesokan harinya). Sebelum shalat, guru dapat mengulang hafalan surat pendek yang diajarkan di sekolah, atau menceritakan kisah berhikmah. Selain memperkaya batin siswa, hal ini juga membuat guru terus memacu diri untuk mencari ilmu, baik untuk materi cerita maupun metode bercerita. Bukankah ini akan jadi keuntungan bagi banyak pihak?

Jika sudah sedemikian banyak keuntungan yang ditawarkan pihak sekolah dengan sistem full day, pertimbangan apa lagi yang Anda pikirkan? Segera daftarkan putra-putri Anda di salah satu sekolah serupa. Investasi Anda dalam menyekolahkan putra-putri akan terbayar lunas, bahkan berpeluang hadiah/bonus ketika putra/putri Anda menjadi anak-anak shalih dan shalihat yang masih terus mendoakan Anda bahkan ketika Anda telah tiada sekalipun. Bukankah doa dari anak yang shalih akan terus mengalirkan pahala kepada orang tua yang telah mendidiknya?


*) [Penulis adalah guru sebuah sekolah Islam di Bandung. Tulisan ini dibuat dalam kapasitas pribadi untuk mengikuti sayembara penulisan opini parenting BJ-Consultant. Juri memutuskan tulisan ini memenangkan satu tiket kelas Gold dan yang bersangkutan telah menghadiri seminar parenting bersama Nanny 911 pada hari Sabtu, 5 Desember 2009 lalu. Isi dari tulisan sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan kebijakan BJ-Consultant dalam hal pendidikan dan pengasuhan anak]

1 comment:

  1. 7 Kiat Taktis Kelola Waktu
    Posted by Rio Purboyo on Oct 24, 2011 in Kiat Ampuh, Produktivitas | 0 comments
    Seperti yang sudah Anda baca di artikel sebelumnya, pasti saat ini Anda telah bersedia untuk menjauhkan diri dari 10 penyebab terciptanya hari yang tidak produktif.

    Tapi, apakah itu sudah cukup? Untuk menjadikan waktu kita lebih produktif, mari sediakan waktu untuk membaca dan menerapkan tulisan singkat tapi padat di bawah ini.



    Tujuh aturan dasar dalam merencanakan hari:

    1. Mencatat.

    Catat seluruh aktivitas, tugas-tugas, janji-janji ke dalam perencanaan waktu Anda. Segera! Ini juga berlaku untuk tugas-tugas rutin dan yang terlihat sepele.

    2. Rencanakan hari kerja Anda, malam hari sebelumnya.

    Kiat taktis ini memudahkan kesadaran Anda untuk memasukkan kekuatan pribadi bekerja tanpa sadar, ketika Anda sedang tertidur. Selain itu, Anda pun terhindar dari tidur dengan ketakutan karena ketidaktahuan mengenai apa yang akan Anda hadapi di esok hari.

    3. Aturlah waktu dan batasi.

    Saat menggunakan uang, secara alami Anda akan berhati-hati dan penuh perhitungan dalam memaksimalkan penggunaannya. Mengapa tidak, terapkan hal yang sama dengan waktu Anda? Bukankah waktu jauuh lebih berharga daripada uang?

    Hampir semua tugas berpeluang besar menyita sejumlah perhatian yang takterbatas. Inilah sebabnya, mengapa sangat penting mengatur batas waktu untuk setiap aktivitas. Wow, Anda pun masih ingat bahwa batas waktu kita buat bukannya untuk mengakhiri, melainkan untuk memulai aktivitas baru lainnya.

    4. Jangan rencanakan hari Anda di saat-saat terakhir.

    Sebuah jadwal harian realistis haruslah memasukkan apa-apa yang ingin Anda selesaikan. Tapi pastikan bahwa itu hanya berisikan hal-hal yang benar-benar mungkin dilakukan. Jangan pernah anggap remeh, banyaknya alokasi waktu yang akan terbuang untuk melakukan berbagai jenis aktivitas Anda. Seiring berjalannya waktu, pengalaman akan mempermudah Anda untuk segera putuskan, aktivitas apa yang dapat –dan yang tidak dapat– Anda rencanakan dengan realistis, ataupun Anda selesaikan pada waktu kerja.

    5. Gabungkan tugas-tugas yang saling berkaitan ke dalam satu waktu yang sudah Anda sediakan.

    Dengan menyediakan waktu Anda, Anda telah menyediakan hari Anda sebuah struktur perkiraan. Tapi, janganlah jadi budak dari jadwal Anda! Kerjakanlah aktivitas Anda dengan penuh kesadaran sembari pergunakan fleksibilitas Anda.

    6. Fokuslah dengan prioritas Anda.

    Selalu biasakan diri Anda dengan apa yang paling penting, bukan dengan apa yang paling mendesak! Tanyakan ke diri Anda, lagi dan lagi: “Apakah ini benar-benar penting? Apakah ini dapat membantu memenuhi cita-cita saya? Apa yang akan terjadi jika saya tidak melakukannya?”

    7. Berkonsentrasilah kepada hal-hal positif.

    Ingatkanlah diri Anda untuk senantiasa menyertakan keceriaan, kegembiraan, dan kesyukuran di setiap harinya. Sediakan waktu, untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan. Jaga kelenturan jiwa Anda dengan kesyukuran, dengan mewujudkan dalam aktivitas-aktivitas sosial yang membahagiakan.

    Jika Anda merasa hidup terasa penuh, seperti kekurangan waktu, atau merasa kehilangan keseimbangan dalam hidup, periksa kembali, mungkin Anda mengambil porsi terlalu banyak untuk apa yang Anda anggap sebagai peran utama dalam hidup: kerja, serius, dan konsentrasi. Sepertinya Anda terlalu memaksakan diri sesibuk mungkin hingga lupa melihat bahwa hidup kita pun membutuhkan spontanitas-dan-kejutan kecil, sederhana, tetapi menyenangkan. Semisal: bermain, santai, dan riang gembira.

    Anda pasti berhasil dalam jangka panjang, ketika Anda mampu menyeimbangkan kewajiban Anda dalam pekerjaan dengan berbagai aktivitas di luar peran Anda di pekerjaan.

    Oh iya, sudahkah Anda benar-benar puas dengan produktivitas dari berbagai peran Anda saat ini?

    ReplyDelete

 
Powered by Blogger